PEMBINAAN CALON TAHBISAN PENDETA DAN PENGUKUHAN EVANGELIST TAHUN 2025
SESI II: Lanjutan Materi Katehismus Dr. Martin Luther
Narasumber: Pdt. Eben Ezer Aruan, M.Th
Kita sudah belajar bahwa Pengakuan Iman Rasuli berbicara tentang jalan keselamatan. Pengakuan ini dibagi ke dalam tiga bagian besar. Bagian pertama berbicara tentang penciptaan, bagian kedua tentang penebusan di dalam Kristus, dan bagian ketiga tentang pengudusan oleh Roh Kudus.
-
Allah Pencipta dan Pemelihara
Bagian pertama dari Pengakuan Iman Rasuli menegaskan bahwa Allah adalah Pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Ia bukan hanya menciptakan, tetapi juga terus memelihara seluruh ciptaan-Nya. Allah memberikan segala sesuatu yang kita miliki dan memperhatikan seluruh aspek kehidupan kita. Hidup, kesehatan, rezeki, keluarga, dan segala yang kita nikmati adalah pemberian dan pemeliharaan Allah.
Namun, manusia sebagai ciptaan Allah telah jatuh ke dalam dosa. Kejatuhan ini mengakibatkan terputusnya hubungan antara Allah dan manusia. Manusia terbuang dari hadapan Allah, hidup seperti dalam pengembaraan di dunia, dan tidak ada seorang pun yang sanggup mendekati Allah atau melakukan sesuatu yang dapat membuat dirinya menemukan Allah dan berkenan di hadapan-Nya.
-
Kejatuhan Manusia dan Inisiatif Allah (Kejadian 3)
Setelah kejatuhan di Taman Eden, hubungan yang semula harmonis antara Allah dan manusia menjadi rusak. Hal ini tampak jelas ketika Allah “berjalan-jalan” di Taman Eden dan Adam serta Hawa mendengar bunyi langkah-Nya. Bukannya datang mendekat atau berseru kepada Allah, mereka justru bersembunyi karena takut.
Di dalam Kejadian 3:8–10 diceritakan bahwa ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah yang berjalan-jalan di taman, mereka bersembunyi di antara pohon-pohonan. Lalu Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman: “Di manakah engkau?” Adam menjawab bahwa ketika ia mendengar suara Tuhan di taman, ia menjadi takut dan bersembunyi. Di sini tampak jelas bahwa:
-
Manusia yang berdosa tidak lagi berani datang kepada Allah.
-
Manusia tidak berseru kepada Allah, justru menjauh dan bersembunyi.
-
Allah-lah yang pertama-tama memanggil dan mencari manusia.
Jadi, sejak awal setelah kejatuhan, inisiatif untuk memulihkan hubungan itu datang dari Allah, bukan dari manusia.
-
Penciptaan Hawa dan Pernikahan sebagai Pemberian Allah
Sebelum kejatuhan, hubungan Allah dengan manusia sangat harmonis. Allah berfirman kepada Adam, dan bahkan Allah sendiri yang menciptakan Hawa dari rusuk Adam. Dalam Kejadian 2:22 dikatakan bahwa Tuhan Allah membentuk seorang perempuan dari rusuk yang diambil-Nya dari manusia, lalu Ia membawanya kepada manusia itu.
Ini menunjukkan beberapa hal penting:
-
Allah berinisiatif membawa perempuan itu kepada Adam.
-
Adam “menerima” pasangan yang Allah berikan, bukan menemukan atau memilihnya sendiri.
-
Pernikahan adalah penetapan dan pemberian Allah, bukan sekadar keputusan manusia.
Dalam teks Ibrani, bentuk kata kerjanya bersifat aktif, yang maknanya: Allah sendiri yang membawa perempuan itu kepada manusia. Hal ini mengajarkan bahwa suami-istri adalah pemberian Allah. Karena konteksnya adalah peristiwa penciptaan, prinsip ini tidak terbatas pada kekristenan saja, tetapi berlaku sebagai ketetapan Allah bagi manusia.
Dari sini gereja memahami bahwa pernikahan adalah lembaga yang ditetapkan Allah. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata bahwa apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia, kecuali dalam kasus tertentu seperti perzinahan (pengkhianatan pernikahan). Di luar itu, tidak ada alasan yang sah untuk bercerai.
Setelah Allah membawa Hawa kepada Adam, barulah muncul pengakuan Adam yang terkenal (Kejadian 2:23): “Inilah dia tulang dari tulangku dan daging dari dagingku…” Artinya, perempuan itu diciptakan dari diri Adam dan dipersatukan dengannya menjadi satu.
Kejadian 2:24 kemudian menyimpulkan: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya…” Ini berarti:
-
Laki-laki yang menikah meninggalkan rumah orang tuanya.
-
Ia membangun rumah tangga baru bersama istrinya.
-
Orang tua, baik dari pihak laki-laki maupun perempuan, berperan memberi bimbingan dan nasihat, tetapi tidak boleh mencampuri rumah tangga anak mereka.
Ini penting untuk dipahami dalam pelayanan pastoral dan bimbingan pernikahan Kristen.
-
Tindakan Anugerah Allah Setelah Kejatuhan
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, mereka akhirnya diusir dari Taman Eden. Namun sebelum itu, ada tindakan anugerah Allah yang sangat penting. Dalam Kejadian 3:21 dikatakan bahwa Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit binatang bagi Adam dan istrinya, lalu mengenakannya kepada mereka.
Sebelumnya, Adam dan Hawa berusaha menutupi ketelanjangan mereka dengan membuat cawat dari daun pohon ara. Ini melambangkan usaha manusia untuk menutupi dosa dan rasa bersalah dengan kekuatan dan perbuatannya sendiri. Namun, meskipun mereka sudah “berpakaian”, mereka tetap takut dan bersembunyi dari Allah. Artinya:
-
Usaha dan perbuatan manusia tidak sanggup menutupi dosa di hadapan Allah.
-
Rasa takut dan keterasingan dari Allah tetap ada.
Sebaliknya, ketika Allah sendiri membuat pakaian dari kulit binatang dan mengenakannya kepada mereka, hal itu menunjukkan:
-
Ada binatang yang dikorbankan – darah ditumpahkan.
-
Tindakan Allah ini adalah tindakan belas kasihan dan pengampunan.
-
Kulit binatang yang menutupi Adam dan Hawa adalah tanda bahwa Allah menutupi dosa mereka.
Peristiwa ini sekaligus menjadi gambaran (tipologi) tentang karya Kristus sebagai Anak Domba Allah yang dikorbankan untuk menebus dosa manusia. Sejak kitab Kejadian pun, setelah kejatuhan, janji tentang kedatangan Juru Selamat sudah dinyatakan.
Hal ini ditegaskan juga dalam Kejadian 3:15, ketika Allah berfirman kepada ular bahwa Ia akan mengadakan permusuhan antara ular dan perempuan, antara keturunan ular dan keturunan perempuan; keturunan perempuan itu akan meremukkan kepala ular, dan ular akan meremukkan tumitnya. Ini adalah nubuat pertama tentang kedatangan Kristus: keturunan perempuan yang akan mengalahkan Iblis.
Jadi:
-
Janji Juru Selamat sudah diberikan di Taman Eden.
-
Pengorbanan binatang untuk menutupi Adam dan Hawa merupakan bayangan awal pengorbanan Kristus.
-
Adam dan Hawa mendapat pengampunan, tetapi keturunan mereka tetap mewarisi dosa.
Mazmur 51 mengungkapkan: “Dalam kesalahan aku diperanakan, dalam dosa aku dikandung ibuku.” Ini menjelaskan bahwa sejak dalam kandungan, manusia sudah berada dalam keadaan berdosa karena dilahirkan dari orang tua berdosa. Maka secara natur, manusia terhilang dan terkutuk di hadapan Allah.
-
Penebusan dalam Kristus Menurut Pengakuan Iman Rasuli
Pada bagian kedua Pengakuan Iman Rasuli, kita mengaku:
“Yesus Kristus, Allah sejati dan manusia sejati, adalah Tuhanku, yang telah menebus aku, seorang yang terhilang dan terkutuk; Ia telah menebusku dan melepaskan aku dari segala dosa, dari maut, dan dari kuasa Iblis, supaya aku menjadi milik-Nya.”
Di sini dijelaskan bahwa:
-
Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa menjadi milik Iblis, berada di bawah kuasa dosa dan maut.
-
Keadaan “terhilang dan terkutuk” itu sudah dimulai sejak kejatuhan di Taman Eden dan secara pribadi sejak kita ada dalam kandungan.
-
Kristus datang untuk menebus manusia dari keadaan itu, sehingga manusia kembali menjadi milik Allah.
Kita juga telah belajar bahwa Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati: Ia Allah 100% dan manusia 100%. Kesaksian Alkitab, misalnya dari Lukas 1 dan bagian-bagian lain, menunjukkan keilahian dan kemanusiaan-Nya secara jelas. Demikian juga Roma 3:23 menegaskan bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
-
Fungsi Hukum Taurat: Mengenalkan Dosa, Bukan Menyelamatkan
Roma 3:19–20 menjelaskan bahwa hukum Taurat diberikan “supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah, sebab tidak ada seorang pun yang dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat; karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.”
Artinya:
-
Hukum Taurat tidak diberikan supaya manusia dapat menjadi benar di hadapan Allah dengan cara menaatinya secara sempurna.
-
Hukum Taurat berfungsi untuk membukakan dan menyadarkan manusia akan dosa-dosanya.
-
Dengan demikian, hukum Taurat menggiring manusia kepada kebutuhan akan Juru Selamat.
Tuhan Yesus mengajarkan hal yang sama dalam Markus 7: bahwa yang menajiskan manusia bukanlah apa yang masuk dari luar, melainkan apa yang keluar dari dalam hati. Dari dalam hati timbul pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, dan sebagainya. Jadi sumber dosa ada di dalam, bukan di luar.
-
Aplikasi Pastoral: Mengajar Hukum dan Injil dengan Benar
Pemahaman yang benar tentang fungsi hukum ini sangat penting dalam pelayanan:
-
Ketika kita berkhotbah dan mengajar, terutama dalam katekisasi dan pengajaran sekolah minggu, kita harus berhati-hati.
-
Sering tanpa sadar, demi membuat anak-anak tertib, kita mengatakan: “Tuhan marah sama anak yang nakal; Tuhan hanya sayang kepada anak yang baik dan manis.”
-
Cara mengajar seperti itu memberi kesan bahwa kasih Allah bergantung pada perilaku manusia. Ini adalah pengajaran yang salah dan sangat berbahaya.
Akibatnya, jemaat atau anak-anak bisa jatuh ke dalam dua ekstrem:
-
Frustrasi, karena merasa tidak pernah cukup baik di hadapan Allah.
-
Legalistik, yaitu menghitung-hitung perbuatan baiknya dan merasa layak di hadapan Allah karena prestasi moralnya.
Padahal:
-
Hukum diajarkan untuk menyadarkan manusia akan keberdosaannya.
-
Setelah manusia menyadari dosanya, barulah Injil diberitakan: bahwa Yesus Kristus datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.
Tuhan Yesus berkata bahwa Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk mencari serta menyelamatkan yang hilang. Ia datang bukan pertama-tama untuk menghakimi, melainkan untuk menyelamatkan.
Karena itu, bila seorang pelayan Firman tidak memahami perbedaan fungsi hukum dan Injil, pelayanannya bisa merusak: jemaat menjadi tertekan atau tersesat dalam keangkuhan rohani. Seorang pendeta yang tidak membedakan dengan jelas antara hukum dan Injil pada dasarnya gagal dalam pelayanannya.
-
Jalan Keselamatan dan Pengudusan
Yesus Kristus adalah jalan keselamatan. Di dalam Dia ada penebusan (redemption). Kitalah yang ditebus, dibebaskan dari dosa, maut, dan kuasa Iblis supaya kita hidup sebagai milik-Nya.
Setelah membahas bagian kedua tentang penebusan, kita masuk ke bagian ketiga dari Pengakuan Iman Rasuli, yang berbicara tentang pengudusan (sanctification):
“Aku percaya kepada Roh Kudus, gereja kudus, persekutuan orang kudus, pengampunan dosa, kebangkitan daging, dan hidup yang kekal. Amin.”
Dalam penjelasan Katekismus Kecil, Luther merumuskan:
“Aku percaya bahwa dengan akal budiku dan kekuatanku sendiri aku tidak dapat percaya kepada Yesus Kristus, Tuhanku, ataupun datang kepada-Nya…”
Pernyataan ini menegaskan bahwa:
-
Iman bukan hasil usaha atau kecerdasan manusia.
-
Roh Kuduslah yang memanggil, menguduskan, dan memelihara kita dalam iman melalui Firman dan sakramen.
Dengan demikian, seluruh jalan keselamatan mulai dari penciptaan, kejatuhan manusia ke dalam dosa, janji dan penggenapan penebusan di dalam Kristus, sampai pada pengudusan oleh Roh Kudus adalah karya anugerah Allah semata-mata. Manusia, yang sejak semula terhilang dan berdosa, diselamatkan sepenuhnya oleh inisiatif dan belas kasihan Allah.