PEMBINAAN CALON TAHBISAN DAN PENGUKUHAN GKLI TAHUN 2025

SESI: I ~ Pukul 11.00 – 12.30 WIB

Narasumber: Pdt. Eben Ezer Aruan, M.Th

 

  1. Hukum Taurat dan Fungsinya

    Dalam teologi Lutheran, Hukum Taurat adalah firman Allah yang menyatakan kehendak-Nya secara jelas dan objektif. Taurat bukan sekadar aturan moral, tetapi cermin yang menyingkap siapa Allah itu: kudus, adil, dan menuntut kebenaran yang sempurna. Di hadapan Taurat, manusia tidak bisa bersembunyi atau bersandiwara; hati, motivasi, dan perbuatan semua ditelanjangi di hadapan Allah. Karena itu, Taurat selalu berjalan bersama Injil: Taurat menelanjangi, Injil menyelamatkan; Taurat menuduh, Injil menghibur dan memulihkan.

    Luther mengajarkan tiga fungsi Hukum Taurat:

  2. Pertama, fungsi sipil/ pagar: 

    Taurat membatasi dan mengekang kejahatan di dunia melalui hukum, tata tertib, dan pemerintah, sehingga kekacauan tidak merajalela. 

  3. Kedua, fungsi cermin: 

    Taurat menunjukkan dosa, mengungkap bahwa manusia tidak sanggup memenuhi kehendak Allah, sehingga manusia dipaksa berhenti mengandalkan dirinya dan diarahkan kepada Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat. 

  4. Ketiga, fungsi penuntun 

    Bagi mereka yang sudah dibenarkan oleh iman, Taurat menjadi panduan hidup yang konkret bukan untuk mencari keselamatan, tetapi sebagai ungkapan syukur dan ketaatan kepada Allah yang sudah menyelamatkan.

Perintah pertama, “Akulah TUHAN, Allahmu; jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku,” diletakkan di urutan pertama karena menjadi pintu masuk untuk memahami seluruh Taurat. Di sini Allah menuntut hati: kepada siapa engkau takut, siapa yang engkau kasihi, dan kepada siapa engkau percaya di atas segala sesuatu. Semua pelanggaran terhadap perintah lain pada dasarnya berakar pada pelanggaran terhadap perintah pertama ketika manusia menjadikan sesuatu selain Allah sebagai pusat kepercayaan dan sandarannya.

Dengan demikian, perintah pertama berada di urutan pertama untuk memperlihatkan siapa manusia itu: bahwa manusia, secara alami, adalah penyembah berhala yang cenderung menggantikan Allah dengan ciptaan entah itu uang, kuasa, tradisi, diri sendiri, atau apa pun yang dianggap menyelamatkan. Ketika perintah pertama dibacakan, manusia dipaksa melihat kenyataan dirinya: tidak ada yang benar, bahkan yang paling “saleh” pun ternyata menyimpan berhala di hati. Di titik inilah fungsi Taurat mencapai puncaknya: meruntuhkan segala keangkuhan manusia, agar Injil tentang Kristus Allah sejati dan manusia sejati dapat benar-benar menjadi satu-satunya pengharapan.

  1. Pengakuan Iman Rasuli (PIR)

    Dalam Pengakuan Iman Rasuli ada 3 bagian utama: Bapa sebagi Creation/ penciptaan, Yesus Kristus (Penebus) dan Roh Kudus sebagai Santification (Pengudusan). 

    Dalam bagian kedua dari Pengakuan Iman Rasuli, dikatakan Yesus Kristus telah menebus aku, manusia yang sesat dan terkutuk, membebaskan dan memerdekakan aku dari segala dosa, dari kematian, dan dari kuasa Iblis; bukan dengan emas atau perak, melainkan dengan darah-Nya yang kudus dan mahal, serta dengan penderitaan dan kematian-Nya yang tidak bercela.

    Semua itu Ia lakukan supaya aku menjadi milik-Nya, hidup dalam Kerajaan-Nya, dan melayani Dia dalam kekudusan dan kebenaran yang kekal, tanpa bercela dan penuh berkat. Sama seperti Ia telah bangkit dari kematian, hidup dan memerintah selama-lamanya. Inilah kebenaran.

  2. Siapakah Yesus Kristus itu?

Yesus Kristus adalah Allah yang sesungguhnya dan manusia yang sesungguhnya; Allah sejati dan manusia sejati. Jadi, Yesus bukan setengah Allah dan setengah manusia, melainkan:

  1. 100% Allah yang sejati,

  2. 100% manusia yang sejati.

Pengakuan iman Luther merumuskan demikian: Yesus Kristus adalah Allah sejati, yang diperanakkan dari Sang Bapa sejak kekekalan, dan sekaligus manusia sejati, yang dilahirkan dari Perawan Maria. Ia adalah Tuhanku yang menebus aku.

Jadi, yang menebus kita, manusia berdosa, adalah satu Pribadi: Yesus Kristus, Allah sejati dan manusia sejati. Tidak ada dua Kristus melainkan satu Kristus dengan natur sebagai Allah Sejati dan manusia sejati, yang disalibkan bagi kita.

  1. Penderitaan dan Kematian Kristus

    Ketika Yesus Kristus mati di kayu salib, kita tidak boleh berkata bahwa hanya kemanusiaan-Nya yang mati. Yang menderita dan mati di kayu salib adalah Yesus Kristus, Pribadi yang satu dan sama, yang adalah Allah sejati dan manusia sejati.

    Memang, bagaimana “Allah dapat mati” adalah misteri yang tidak seluruhnya dapat kita pahami dengan akal. Namun demikianlah kesaksian Alkitab dan pengajaran iman: Allah tidak pernah meninggalkan atau berpisah dari Yesus ketika Ia disalibkan.

    Karena itu, ajaran yang mengatakan bahwa hanya kemanusiaan-Nya yang mati, dan bahwa ke-Allahan-Nya sama sekali tidak terlibat, adalah ajaran yang tidak benar, ajaran sesat. Itulah ajaran Arius, yang dikenal dengan sebutan Arianisme: ia mengakui Yesus sebagai Allah, tetapi bukan Allah sejati. Ajaran seperti ini tidak boleh diikuti.

  2. Yesus: Allah Sejati dan Manusia Sejati Sejak dalam Kandungan

Dalam Injil Lukas pasal 1 ayat 31–35 dikatakan bahwa malaikat Tuhan menyampaikan kepada Maria:

  1. Maria akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki,

  2. Anak itu akan dinamai Yesus,

  3. Ia akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi,

  4. Ia akan menjadi Raja sampai selama-lamanya,

  5. Roh Kudus akan turun atas Maria, dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi dia,

  6. Sebab itu anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Ketika Maria mengandung, bayi di dalam kandungannya itu siapakah Dia? Alkitab menjawab: Ia adalah Anak Allah Yang Mahatinggi, Anak Allah, yang kudus. Artinya, Yesus di dalam kandungan Maria bukan sekadar manusia, tetapi juga Allah.

Secara logika manusia, “Allah di dalam kandungan” memang tampak tidak masuk akal. Namun demikianlah kesaksian Alkitab. Sejak dalam kandungan pun, Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati.

Demikian juga ketika Allah disalibkan dan mati dalam diri Yesus Kristus, hal itu tidak sepenuhnya dapat “masuk akal” menurut logika manusia. Namun itulah yang diajarkan oleh Alkitab, dan itulah misteri besar inkarnasi dan penebusan.

  1. Penutup

    Demikianlah pengajaran tentang Yesus Kristus sebagai Allah sejati dan manusia sejati, yang telah menebus kita dengan darah-Nya yang kudus dan mahal, serta dengan penderitaan dan kematian-Nya yang tidak bercela. Kiranya kita berpegang teguh pada pengakuan iman yang benar ini dan tidak diombang-ambingkan oleh berbagai ajaran yang menyesatkan. Dan demikian sesi I telah berakhir dan ditutup dengan doa.

 

Membagikan

Dorongan Anda sangat berharga bagi kami

Cerita Anda membantu mewujudkan situs web seperti ini.