Pembekalan Calon Pendeta dan Evangelist

SESI III: 

 Tema; "URGENSI KATEKISMUS DR. MARTIN LUTHER"

Oleh Ketua BPRP: Pdt. Aladin Sitio, M.Th, Grad. Dip. Min

 

Pendahuluan

Banyak orang Kristen masa kini kurang memahami isi dan tujuan Katekismus. Padahal, baik Katekismus Besar maupun Katekismus Kecil dilengkapi kata pengantar yang menegaskan maksud penyusunannya: agar umat anak, orang tua, hingga para pelayan mengenal pokok iman secara jelas dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Sesi ini disusun untuk menolong jemaat melihat kembali urgensi Katekismus dalam terang teologi Lutheran yang konservatif, berpusat pada Kitab Suci. 

Sejarah Singkat

Pada 1528, Martin Luther melakukan kunjungan pastoral ke jemaat-jemaat di Sachsen. Ia mendapati banyak umat bahkan sebagian pendeta tidak mampu mengajarkan pokok iman Kristen dengan benar. Situasi ini mendorong Luther menyusun bahan ajar yang ringkas, jelas, dan alkitabiah.

Pada 1529, Luther menerbitkan dua karya katekese:

  • Katekismus Besar: uraian lebih panjang untuk para pelayan gereja dan para orang tua sebagai pengajar di rumah.

  • Katekismus Kecil: ringkas, padat, dimaksudkan untuk keluarga dan jemaat awam; mula-mula diterbitkan sebagai lembar-lembar dinding, kemudian sebagai buku kecil bergambar.

Sejak itu, kedua Katekismus menjadi pedoman permanen dalam pengajaran gereja Lutheran, dan hingga 2025 ini berarti sudah 496 tahun sejak terbitnya (1529).

Tujuan Katekismus

Katekismus disusun bukan sekadar buku pelajaran sementara, melainkan panduan sepanjang hidup untuk:

  1. Mengenal pokok iman secara benar dan ringkas.

  2. Menghadirkan Kristus sebagai pusat seluruh ajaran (Kristosentris).

  3. Menuntun praktik kesalehan: doa, pengakuan dosa, kehidupan keluarga, dan partisipasi yang layak dalam Sakramen.

Secara tradisional, Katekismus Kecil mencakup enam bagian utama:

  1. Sepuluh Perintah Allah, 2) Pengakuan Iman Rasuli, 3) Doa Bapa Kami, 4) Sakramen Baptisan Kudus, 5) Pengakuan Dosa & Jabatan Kunci, 6) Sakramen Perjamuan Kudus.
    Semua bagian ini menempatkan Hukum (yang menyingkap dosa) dan Injil (yang menghibur dengan janji pengampunan di dalam Kristus) pada tempatnya.

Perbedaan Katekismus Besar & Kecil 

Meskipun berbahan sama, Katekismus Kecil bukan hanya ringkasan dari Katekismus Besar, dan Katekismus Besar bukan sekadar perluasan dari Katekismus Kecil. Pendekatannya berbeda:

  • Katekismus Kecil: untuk keluarga dan jemaat awam; kalimat-kalimat pendek, hafalan mudah, tepat untuk katekisasi, devosi rumah tangga, dan tanya-jawab dengan anak.

  • Katekismus Besar: untuk para pelayan dan orang tua; penjelasan lebih panjang agar pengajar mengerti makna, dasar alkitabiah, serta aplikasi pastoralnya.

Contoh: Perintah Pertama.

  • Katekismus Kecil menyajikan inti: “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” Apa artinya? Kita harus takut dan kasih kepada Allah serta percaya penuh kepada-Nya di atas segala sesuatu.”

  • Katekismus Besar menguraikan: apa itu ilah palsu, bagaimana manusia membuat “allah” dari kepercayaan pada diri, harta, kuasa, atau orang suci; dan apa artinya percaya hanya kepada Allah sebagai sumber segala yang baik. Perbedaan ini menegaskan fungsi pedagogis keduanya, bukan sekadar panjang-pendek teks.

Praktik Penggunaan di Masa Reformasi

Sejak awal, Luther:

  • Menugaskan orang tua untuk mengajar anak-anak di rumah dan memeriksa kemajuannya tiap pekan.

  • Mengingatkan para pendeta agar mengkotbahkan dan menjelaskan bagian-bagian Katekismus secara teratur, sehingga jemaat memahami apa yang mereka ucapkan dan jalani.

  • Menggunakan Katekismus sebagai alat katekese utama: di kelas katekisasi, khotbah tematik (seri Katekismus), dan renungan keluarga.

Tantangan & Relevansi Masa Kini

Perkembangan pengetahuan, teknologi, dan budaya sering membuat orang meremehkan hal-hal “dasar” iman. Informasi rohani berlimpah di internet, tetapi disiplin katekese khususnya di rumah sering menurun. Akibatnya:

  • Banyak orang muda (bahkan orang tua) tidak dapat menjawab pertanyaan iman paling dasar: isi Perintah Allah, Pengakuan Iman Rasuli, makna Baptisan, siapakah yang berhak menerima Perjamuan, dsb.

  • Ibadah dan sakramen diikuti tanpa pengertian yang memadai, sehingga penghiburan Injil tidak dinikmati sebagaimana mestinya.

  • Hukum–Injil tercampur: orang mengira keselamatan didapat oleh usaha, bukan oleh anugerah Kristus yang diterima melalui iman dan Sakramen.

Dalam kerangka Lutheran konservatif, jawaban atas tantangan ini bukan “kebaruan tanpa arah”, melainkan kembali ke sumber: Kitab Suci dan Katekismus sebagai ringkasan ajaran alkitabiah yang telah diuji waktu (Book of Concord).

Katekismus diberikan kepada gereja bukan sebagai beban, melainkan sebagai berkat: ia menolong kita mengenal dosa (Hukum), menerima Kristus (Injil), dan hidup dari anugerah melalui Firman dan Sakramen. Dalam zaman yang serbacepat, kembali ke Katekismus justru membuat jemaat berakar, bertumbuh, dan berbuah sebagaimana Luther maksudkan sejak 1529. Kiranya gereja, para pendeta, orang tua, dan seluruh jemaat menghidupkan kembali katekese di rumah dan di ibadah, demi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan rohani umat-Nya.

Soli Deo Gloria :) 

Membagikan

Dorongan Anda sangat berharga bagi kami

Cerita Anda membantu mewujudkan situs web seperti ini.